Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kata-Kata Lucu Bahasa Nias: Gombalan, Humor

 

Gombalan Bahasa Nias



Melawak, melucu adalah cara yang dapat menghibur bagi sebagian banyak orang, tetapi terkadang juga dapat menyinggung perasaan pada konteks yang dianggap kurang tepat.

Dengan melawak, orang lain dapat tertawa, tersenyum dan gembira. Sebaliknya, dengan melawak berlebihan juga bisa menimbulkan emosi negatif seperti rasa kesal bahkan marah. 

Artinya, melawak menggunakan kata-kata lucu pun dapat mempengaruhi pikiran seseorang yang melibatkan emosi atau perasaan. 

Memang, pilihan kata (diksi) adalah salah satu aspek yang menentukan dalam ucapan. Biasanya, kata-kata yang tepat dapat timbul setelah menguasai materi yang relevan dengan kultur dan pengetahuan audiens-nya.

Materi atau bahan yang dijadikan sebagai referensi lawakan/cadaan pun wajibnya dipahami, dianalisis dan dipertimbangkan terlebih dahulu supaya dapat disesuaikan dengan konteks percakapan atau pembicaraan.

Perbedaan latar belakang pengetahuan para audiens yang terlibat juga perlu dipertimbangkan. Mulai dari tingkatan usianya hingga budaya sosialnya.

Sebagai contoh, jika ingin bercanda kepada orang Batak, anda wajibnya tahu budaya sosial mereka secara garis besarnya. Apabila ingin bercanda dengan orang Jawa, anda juga perlu memahami kultur sosialnya Jawa.

Hal ini bertujuan untuk menghindari timbulnya dampak pemikiran yang tidak sejalan dengan maksud dan harapan seorang pelaku canda. 

Demikian halnya jika ingin bercanda kepada orang Nias. Interpretasi mereka dengan ucapan anda bisa saja berlainan bila mengabaikan aspek penting tersebut.

Pada umumnya, kata-kata candaan yang lucu sangat sering dituturkan oleh sebagian besar kaum muda dalam komunikasi sehari-hari. Demikian juga mereka yang rentang usianya lebih tua. Bercanda juga sangat mungkin terjadi dengan tujuan untuk menghibur diri sendiri atau orang lain. 

Pertanyaannya sekarang adalah:

Bolehkan saya bercanda kepada orang Nias? 

Tentu saja boleh. Bahkan, dengan bercanda anda bisa lebih mudah bergaul dengan masyarakat lokalnya. Pastikan candaannya menghasilkan hiburan yang positif dan dapat dinikmati dalam suatu konteks komunikasi. 

Nah, berikut ini telah diuraikan dengan jelas kata-kata lucu dalam bahasa Nias; lengkap dengan arti terjemahannya dalam bahasa Indonesia. 

Namun, perlu diketahui bahwa kata-kata lucu di halaman ini diartikan sebagai kata-kata yang dapat menimbulkan perasaan geli, sehingga pendengarnya pun dapat tertawa. 

Kata-kata itu pun dapat bersumber dari berbagai pengalaman atau kisah seseorang.

Seperti halnya kisah Buyuwu dan Towuyu.

Saya yakin anda mungkin jarang mendengar tentang mereka ini. Bahkan, mungkin ini pertama kalinya anda mulai membacanya. 

Itu pun jika mau membacanya.

Nah, mereka ini adalah dua lelaki yang setiap harinya pergi ke kebun untuk bekerja.

Tak kenal lelah. Kerja, kerja dan terus bekerja. Begitulah rutinitas mereka berdua.

Pada suatu hari, mereka kembali memulai aktivitas seperti biasa di pagi hari. Dari rumah, mereka beranjak dengan membawa sejumlah bekal dan peralatan pekerjaan di kebun.

Tiba-tiba, di tengah perjalanan si Towuyu merasakan sesuatu yang aneh. Dia bahkan mulai gelisah.

Sambil berjalan, dia pun semakin tidak nyaman. Anehnya, dia tidak ingin si Buyuwu tahu tentang itu. Mungkin itu sangat rahasia baginya. 

"Hana ndra'ugö, baya?" tanya si Buyuwu dengan wajah polosnya. Artinya, dia menanyakan ada apa. Baya adalah kata panggilan untuk paman dalam bahasa Nias. 

Sambil senyam-senyum, pamannya tetap melanjutkan perjalanan kaki seusai ditanya oleh Buyuwu.

Beberapa waktu kemudian, Buyuwu kembali bertanya kepada pamannya. 

"Hadia marase'ö wofanö ahe, baya?" kata Buyuwu sambil melihat wajah pamannya yang seakan terlihat lesu. Dalam pertanyaan itu, Buyuwu menanyakan apakah pamannya capai berjalan kaki. 

Kali ini, pamanya menjawab sambil tersenyum,"Lö'ö, nogu." Arti ucapannya "Tidak, nak." 

Dengan semangat, Buyuwu tetap melanjutkan perjalanan. Berjalan dan terus berjalan.

Tak lama kemudian, dia pun tersadar.

"Hezo zibayagu?", gumamnya dalam hati sambil menoleh ke belakang. "Mana pamanku?" begitulah dia bergumam. Ternyata, dia tak lagi melihat pamannya. 

Karena merasa sendiri, dia pun mulai khawatir dan tidak nyaman sehingga berteriak,"O......sibaya.....!" Sayangnya, tak ada seorang pun yang meresponnya. Lalu, ia pun memutuskan untuk kembali ke belakang mencari pamannya.

"O....sibaya...., O...sibaya...., O...sibaya!", lanjutnya sambil melihat-lihat sekelilingnya.

Tak lama kemudian, dia melihat satu pohon yang besar. Ketika mendekat, dia pun mulai mendengar suara desisan. 

"Sssss.....ss", demikianlah desisan terdengar olehnya di sekitar pohon tersebut. Dia pun takut dan berpikir bahwa itu adalah seekor  ular besar. Desisannya begitu kencang. 

Sejak itulah rasa takutnya semakin kuat. Tanpa pikir panjang, dia pun langsung berlari sambil berteriak kepada pamannya. 

Setiba di rumah, dia menceritakan semuanya kepada ayahnya. Kemudian, ia pun langsung beristirahat. 

Mengetahui hal tersebut, ayahnya pun penasaran dan langsung pergi ke kebun memastikan kejadian itu. 

Sesampainya di sana, dia melihat si Towuyu yang sedang duduk sambil meneguk segelas  air putih. 

"Yu...!", ucapnya dengan wajah yang kesal,"hana öröi nonogu ba lala?!". Dia bertanya mengapa Towuyu meninggalkan anaknya dalam perjalanan. 

Dengan tenang, lalu Towuyu mengatakan bahwa ia siap menjelaskan apa yang sesungguhnya terjadi. Dia pun tahu jika Buyuwu pulang ke rumah dengan rasa takut. Tetapi, dia percaya jika Buyuwu akan baik-baik saja hingga ke rumah. 

Begitulah sekilas dia memulai percakapannya. 

"He, Ga'a. U'andrö wa'ebolo dödömö ba zalua andre. Böi ofönu. Akha ututunö khömö", lanjutnya. 

Di sini, Towuyu meminta maaf kepada bapaknya Buyuwu atas kejadian tersebut dan ingin menjelaskannya lebih lanjut.

"Simane da'a wö, ga'a. Mege andrö lö sökhi-sökhi dödögu. Humulu yaŵa, humulu tou. Akao wangerangeragu sandrohu dalu lala.", ucapnya saat mulai menjelaskan.

Artinya: "Begini lho, bang. Tadi itu perasaanku tidak nyaman. Dari atas hingga ke bawah tidak normal. Sungguh menyedihkan perasaanku sejauh tengah perjalanan"

Mendengar ini, ayah Buyuwu, yang kerap dipanggil Tugöu di masa mudanya, merasa kebingungan. "Hadia ia makasumö?", selanya. Artinya, dia menanyakan maksud pembicaraan Towuyu tersebut. 

Lanjutnya,"Na simanö, ya'ugö zi so ba mbörö geu mege andrö? Hadia gowasamö? Öbali'ö ndra'ugö ulö?"

Artinya: "Kalau begitu, kamu yang di bawah pohon itu tadi? Pesta apaan? Pengen jadi ular?" 

"Tenga, ga'a. Ya'odo mege andrö humulu nösi dalu. Da'ö wa'ulaligödo ba mbörö geu da'ö. No simanö zalua. Inönö nasa ga Mbuyuwu wo'ao-ao o...sibaya...o...sibaya", pungkas Towuyu sambil tersipu malu.

Towuyu menjelaskan bahwa tadi perutnya sedang mulas. Makanya dia bersembunyi di balik pohon. Apalah daya itu kejadiannya. Ditambah lagi si Buyuwu yang teriak-teriak o...sibaya...o..sibaya

Mendengar ini, mereka berdua langsung tertawa terbahak-bahak. Kemudian, mereka pun pulang dengan damai. Sekian kisahnya.

Nah,...kamu pasti penasaran mengapa mereka terbahak-bahak tetapi kelihatannya tidak lucu. Aneh...(mungkin anda berpikir demikian di akhir cerita tersebut). 

Itu karena belum memahami konteksnya.

Anda harus tahu jika mengatakan O...sibaya dalam bahasa Nias, itu kadang terdengar ambigu. 

Maksudnya, begini.

Untuk memanggil paman, bisa menggunakan sibaya atau baya saja. Sedangkan jika seseorang mengucapkan o...sibaya, itu kemungkinan besar dipahami dalam dua pengertian. Ini dalam tindak tutur lisan; bukan tulisan.

Pertama, mereka akan menanggapinya bahwa sedang memanggil paman,

Kedua, mereka juga bisa menanggapinya sesuai konteks tertentu bahwa kamu sedang menyuruh pamanmu mengelap sesuatu. Kalau dalam bahasa Nias tertulis, kalimatnya begini: Osi, baya

Dari penjelasan ini, kamu sudah bisa mengaitkan konteks Buyuwu dan Towuyu, kan? 

Sebenarnya, teriakan Buyuwu o...sibaya  kepada Towuyu menambah rasa kecewanya Towuyu saat dia sedang bergema di bawah pohon yang menakutkan itu.

Setelah paham konteksnya, coba ulangi sekali lagi membaca ceritanya di atas.

Yah, itu hanyalah sekedar lelucon, candaan. Terkadang itu dianggap kurang etis dalam situasi lain.


Mengapa saya memberikan ilustrasi dengan kisah seperti itu?

Ini alasannya.

Bahwa mengetahui kata-kata lucu saja tidak akan cukup apalagi bisa melucu.

Semua ujaran bisa lucu (dan juga tidak lucu) dalam konteks suatu kegiatan apabila tidak relevan dan tidak dipahami bersama. 

Meskipun demikian, beberapa kata-kata jenaka lainnya telah disusun dalam beberapa dialog singkat berikut.


Kata-Kata Lucu dalam dialog Bahasa Nias

Pastikan bahwa kata-kata ini tidak dituturkan kepada orang yang lebih tua karena dapat dianggap tidak etis.


1. Ayam petelur

Joe: He, nakhi. 

(Hai, dek)

Soe: He, ga'a. 

(Ya, bang)

Joe: Ö'öli manu ba? Da'a manu gadulo si bagania 

(Mau beli ayam? Ini ayam petelur yang bagus)

Soe: Lau, ga'a. Ohe ba da'a. 

(Baik, bang. Bawa ke sini.)

Joe: Hiza'i, ero sambua migu ufulido ba da'a khömö. 

(Tetapi, setiap minggu saya kembali ke sini samamu)

Soe: Hana ba ga'a? Hadia nasa da'ö? 

(Napa, bang? Apalagi itu?)

Joe: Ufulido wangai gadulo manu da'ö. Ni'ölimö manu, gadulonia khögu.

(Saya akan kembali mengambil telur ayamnya. Yang kamu beli ayam, telurnya milikku).


2. Anak Anjing

Joe: Soe. Omasidö si'ai nono nasugu da'a. Baga lagu. 

(Soe. Aku suka sekali dengan anak anjingku ini. Kelakuannya bagus)

Soe: Hana tola?

(Mengapa bisa?)

Joe: Ero na ufamawa, ifuli-fuli ia yomo. 

(Tiap kali ku jual, dia selalu pulang ke rumah)


3. Suaramu Bagus 

Joe: Ehem... Baga zinunömö, kaŵa. Faudu ba wa'alaŵa limö.

(Ehem...nyanyianmu bagus, kawan. Sesuai dengan ketinggian suaramu)

Soe: ya'ia ba?

(Ya, yah?)

Joe: E. Abölö sökhi nasa na lö sa'ae manunö'ö. Fariŵa ba dalingagu limö.

(Ya. Lebih baiknya lagi kalau berhenti bernyanyi. Suaramu berantakan dalam telingaku)


4. Ngajak Makan 

Joe: De, möi ita manga ba Mister Cafe. 

(Dek, kita makan di Mister Cafe)

Soe: Aha. Lau, ga'a. si fao dödögu da'ö. 

(Oh, ya. Baiklah, bang. Setuju dengan itu)

Joe: Ogaena. Ba abölö fao dödögu na öfaogö wolohe kofekofemö.

(Bagus. Tetapi, aku lebih setuju jika kamu tidak lupa membawa dompetmu)

Soe: Silako!

(Celaka!)


5. Ngajak Main 

Joe: E, kaŵa. Hulö ufaigi, so nifake-fakemö.

(Eh, kawan. Kalau kuperhatikan, kamu selalu memakai sesuatu)

Tonn: Hewisa we le? So nifakegu? 

(Gimana sih? Ada yang kupakai?)

Joe: Ya'ia. Asese öfake gicu. 

(Ya. Kamu sering pakai lipstick)

Tonn: Ba dugöumö.

(Di-TUGÖU-mu)


Gombalan Bahasa Nias 

1. Na ufaigi zikhalamö, aröu ba dödögu niha bö'ö

Artinya: Jika aku melihat wajahmu, hatiku menjauh kepada yang lain.

2. No si tebai taya ba dödögu ndra'ugö.

Artinya: Kamulah yang tak bisa hilang dari perasaanku 

3. He na utuhi danö asala edöna'ö khögu 

Artinya: Meskipun jika harus berlutut asalkan kamu mau kepadaku. 

4. Böi so khöu wanimbagö, no si nehe wefaosada ba mangomasi'ö awö. 

Artinya: Tak perlu menolak, kita ditakdirkan bersama untuk saling mengasihi.

5. Lö khögu faniasa ba we fao khömö sandrohu fa'auri. 

Artinya: Takkan pernah kumenyesal bersamamu seumur hidupku. 


Kalimat-Kalimat Lucu Bahasa Nias 

1. Lö aombö sa'ai dödögu na itaria gönado fökhö, sata'udo na mofa'aukhu niha zamaigi ya'o. 

(Saya tidak terlalu khawatir jika terkadang jatuh sakit, yang kutakuti adalah jika orang yang melihatku menjadi demam) 

2. Lö ata'udo ndra'ugö, ata'udo nasa manu samaukhu; fa'usu. 

(Saya tidak takut denganmu, saya lebih takut pada ayam yang sedang mengeram, menggigit) 

3. Böi fehaha mbawa ba zi mendrua, ifelai'ö ŵani. 

(Jangan membiarkan mulut terbuka yang kedua kalinya, nanti dijilati tawon)

4. Böi fake nukha solazi'ö uli, aetu binemö.

(Jangan mengenakan pakaian yang sempit, putus bagian dalammu).

Posting Komentar untuk "Kata-Kata Lucu Bahasa Nias: Gombalan, Humor"