Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Böwö Hada Nono Niha

Model: C. Cahyani Harefa.

Nias merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki adat istiadat yang unik. Adat istiadat yang masih kental dan tetap dilestarikan hingga sekarang ini memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan suku Nias itu sendiri. 

Akan tetapi, salah satu dampak yang selalu menarik perhatian publik adalah mahar adat (bõwõ hada) yang berlaku dalam pesta pernikahan orang Nias. Sebagian pihak mengatakan bahwa penentuan mahar adat terlalu mahal, sebagian lainnya menganggap itu hal yang wajar. 

Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah ini menandakan bahwa yang bisa menikah di Nias itu hanya orang-orang kaya? Ternyata tidak. Penentuan bõwõ hada di Nias sudah menjadi tradisi turun-temurun dari nenek moyang ono niha (leluhur suku Nias).


MAHAR DIBAYAR DENGAN EMAS

Dulu, pembayaran mahar yang diberlakukan oleh suku Nias dalam tata acara pernikahan adalah dengan menggunakan emas perhiasan dalam jumlah yang banyak. Jika seseorang ingin menikahi gadis orang lain, ia harus mempersiapkan sejumlah emas yang menjadi pegangannya untuk menikah. Jika tidak, kemungkinan penolakan bisa terjadi dari pihak keluarga perempuan.




[1] JUMLAH EMAS YANG PERLU DIPERSIAPKAN

Berbicara mengenai jumlah emas yang perlu diberikan adalah relatif sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Akan tetapi, pihak calon mempelai pria wajib memiliki emas sebagai tanda kesanggupan untuk memberlangsungkan pesta adat nantinya.




[2] MENGAPA EMAS ?

Sesuai dengan sejarah lisan, masyarakat Nias dulunya telah terbiasa menggunakan emas sebagai salah satu alat tukar bergengsi dan juga digunakan sebagai persyaratan pernikahan atau yang dikenal dengan mahar adat.


Seperti halnya jika seorang anak raja / bangsawan dulunya yang hendak menikah dengan seorang gadis, maka keluarga tersebut tidak ingin dianggap remeh oleh keluarga yang hendak dituju.

Berapa pun permintaan dari keluarga pihak perempuan, maka akan tetap dipenuhi.

Di sisi lain, dengan emas, orang tua pihak perempuan juga bisa secara langsung menguji keseriusan pihak keluarga pria dalam mewujudkan keinginan anaknya menikah.

Itulah sepintas sejarah lisan mengapa dulunya emas populer di kalangan masyarakat Nias.




[3] BAGAIMANA JIKA PIHAK PRIA TIDAK MEMILIKI EMAS ?

Pihak keluarga pria wajib memiliki emas. Emas tersebut akan diserahkan dan disaksikan oleh orang banyak dalam acara yang akan dilaksanakan nantinya.

Jadi, tidak ada alasan untuk tidak memiliki emas sebagai mahar adat. Dengan demikian, bagaimana jika keluarga bersangkutan tidak sanggup memenuhinya? 

Jika pihak keluarga pria tidak memiliki emas untuk pembayaran mahar adat, maka diberlakukanlah upaya tolong-menolong antar kerabat keluarganya bahkan antar orang selain kerabatnya.  Dulunya, tindakan tolong menolong ini dikenal dengan kata "tolo-tolo dalifusõ".


Semua orang yang terlibat untuk menyukseskan rencana pernikahan tersebut akan saling berupaya dalam memenuhi mahar adat yang dibutuhkan. 

Bagi orang Nias, sesuatu yang dikerjakan bersama akan lebih mudah daripada sendirian. Hal tersebut dikenal dengan istilah "aoha noro nilului wahea, aoha noro nilului waoso".


EFEK MAHAR TEMPO DULU

Jika dulu menggunakan emas sebagai cara untuk membayarkan mbõwõ hada nono niha (mahar adat orang Nias), sekarang ini mahar wajib dibayar dengan uang tunai dan disertai beberapa hal lain yang diperlukan dalam kegiatan adatnya, termasuk penentuan berapa banyak beras dan ternak yang wajib diberikan. Semua itu adalah tanggungan pihak keluarga pria.

Sekarang ini, jika ingin melamar seorang gadis Nias haruslah memiliki persiapan yang memadai. Untuk melaksanakan pernikahan adat nias, minimal seseorang mempersiapkan uang tunai mulai dari Rp. 75.000.000. Itupun tergantung kebutuhan dalam pelaksanaannya.

Jika mahar adat yang ditentukan mencapai tujuh puluh lima juta contohnya, bisa jadi pengeluaran seorang pria mencapai Rp. 150.000.000,- ke atas. Kemudian, bagaimana jika mahar adat yang ditentukan senilai Rp. 150.000.000? Anda mungkin bisa membayangkan sendiri berapa harus dipersiapkan dalam acara itu.


Yang pastinya, selain dari mahar adat dengan uang tunai yang ditentukan, masih akan ada biaya kebutuhan lainnya. Kemungkinan besar, pengeluaran bisa berlipat ganda. 




EFEK POSITIF DAN NEGATIF MAHAR ADAT NIAS

Mahar adat Nias tentunya memiliki efek positif maupun negatif jika dipandang dari berbagai aspek:

[1] EFEK POSITIF
  • Jarang terjadi perceraian,
  • Anak Perempuan Nias tidak sembarangan menikah,
  • Keluarga pria tidak dianggap remeh,
  • Anak pria wajib bekerja keras,
  • Pria berkuasa atas wanitanya,
  • Pria dianggap sanggup menafkahi dan bertanggungjawab.


[2] EFEK NEGATIF
  • Memicu; bahkan menimbulkan kemiskinan materiil,
  • Kesulitan menikah,
  • Kawin lari kadang terjadi,

Meskipun demikian, adat yang dipandang dari sisi positifnya tentunya akan menghasilkan nilai yang positif pula. 


Perhatian: Mahar adat Nias tidak bertujuan untuk memberikan harga seorang anak perempuan. Itu bukan pandangan sosial orang Nias. Mahar adat adalah syarat pernikahan adat. Semua yang berkaitan dengan uang / emas dimaksudkan untuk biaya sejumlah kebutuhan acara adat dalam proses pernikahan.

Demikianlah ulasan tentang Bõwõ Hada Nono Niha, semoga artikel ini dapat bermanfaat kepada pembaca. Segala perbedaan pendapat dalam masyarakat adalah bagian dari demokrasi.


Terima kasih sudah membaca artikel ini, silakan tinggalkan komentar anda.


2 komentar untuk "Böwö Hada Nono Niha"

  1. Ulasannya menarik. Terutama soal efek. Saya pikir perlu dikaji lebih mendalam lagi

    BalasHapus