Istilah-Istilah Khusus dalam Adat-Istiadat Nias

Adat Nias



Jika pernah mengikuti suatu pesta atau upacara adat Nias, anda pastinya tahu bahwa dalam pelaksanaan kegiatannya terdapat banyak sekali istilah-istilah khusus yang sering digunakan. 

Seperti halnya dalam suatu pesta pernikahan, acara penyambutan tamu, fame'e afo dan upacara-upacara adat lainnya di Pulau Nias.

Dilihat dari sisi kebahasaan, ada istilah yang dapat diterjemahkan secara literal ke bahasa lain dan menghasilkan makna yang sama dari bahasa sumber, tetapi ada juga yang tidak.

Mengapa wajib tahu istilah-istilah ini?

Begini alasannya.

Ini dapat mempermudah anda untuk mengetahui apa maksud dari istilah yang mereka ucapkan. Sebab, dalam berbagai tata tertib acara yang mereka selenggarakan, biasanya ditulis atau dilisankan dalam bahasa Nias.

Jika menggunakan kamus, bisa saja kewalahan mencari istilah ini karena pada dasarnya kamus Li Niha tidak dikhususkan untuk memberikan arti istilah dalam adat-istiadat Nias.

Kamus Li Niha dibuat sebagai panduan umum terjemahan arti kata yang digunakan dalam bahasanya. Sedangkan mengenai istilah adat bisa saja hanya sedikit diuraikan (jika ada).

Nah, untuk mempermudah pemahaman, berikut telah diuraikan beberapa istilah-istilah tersebut lengkap dengan terjemahan dan penjelasannya.


Istilah-Istilah Khusus dalam adat Nias: 


1. Fondrakö 

Fondrakö adalah istilah yang merujuk pada hukum adat Nias. Secara linguistik, kata Fondrakö merupakan kata yang berkelas kata benda. Kata tersebut berasal dari kata dasar "rakö" yang berarti "kukuhkan atau tetapkan dengan sumpah". Fo- adalah awalan yang merujuk pada Pe- dalam kaidah bahasa Indonesia.

Dalam bahasa Nias, apabila awalan Fo- diimbuhkan dengan kata yang memiliki huruf pertama "r", maka huruf pertamanya akan berubah menjadi "ndr-".

Perubahan seperti ini dikenal sebagai alomorf dalam linguistik; yang mana arti yang sesungguhnya tetap utuh.

Dengan demikian, kata Fondrakö dapat diartikan sebagai "Sumpah pengukuh"

Sekarang ini, suku Nias, Ono Niha, memaknai Fondrakö sebagai hukum adat yang berdasarkan pada sumpah pengukuh atas segala norma kehidupan sosial Nias.

Hukum ini mengatur berbagai macam hal dalam kehidupan Ono Niha. Mulai dari masa dalam kandungan, dilahirkan, beranjak dewasa, menikah hingga meninggal dunia.

Artinya, setiap manusia Nias telah diatur norma kehidupannya dalam berbagai aspek yang tertuang dalam fondrakö.

Dalam hukum adat ini, sanksi pelanggarnya adalah kutukan. Kutukan dapat berasal dari Lowalangi, roh leluhur dan/atau manusia sendiri. 

Kutukan dari Lowalangi dan juga roh leluhur seperti penyakit, kesengsaraan dan lainnya. 

Sedangkan dari manusia dapat berupa sanksi sosial, seperti diasingkan di dalam kehidupan masyarakat dan/atau bahkan menerima sanksi tegas dari petinggi adat, ere dan lainnya.

Inilah yang membuat hukum adat Nias kuat dan selalu dijunjungtinggi oleh masyarakatnya. 


2. Hoho 

Hoho sangat populer dalam kalangan masyarakat Nias. Umumnya, hoho digenerasikan oleh masyarakatnya secara turun-temurun.

Kata ini berkelas nomina (kata benda). Sedangkan perubahannya dalam kelas kata lain dapat berupa: 

  • Fahoho (kata kerja), yaitu melakukan kegiatan hoho,
  • Muhoho (kata kerja), yaitu terlaksananya hoho kepada seseorang atau sesuatu hal.

Dalam pengertiannya, hoho adalah syair yang dilagukan secara puitis untuk mengungkapkan hal-hal yang berhubungan dengan asal usul kejadian, sejarah, hukum adat dan hal lain yang berkaitan dengan tata kemasyarakatan (Zebua, 1991 dalam Gulo, 2011:4). 

Sejalan dengan ini, saya berpendapat bahwa Hoho dapat diartikan sebagai "Syair puitis tradisional Nias"

Sedangkan tindakan seseorang untuk mempresentasikan hoho, itu dikatakan fahoho.

Umumnya, hoho tidak diiringi dengan alat/intrumen musik. Dengan kata lain, hanya diekspresikan melalui nyanyian vokal tanpa irama musik penyerta. Akan tetapi, dapat disertai dengan gerak tarian tradisional.

Di Desa Hilinawalo Fau, kecamatan Fanayama Nias Selatan, para pelaku Hoho ini biasanya mengenakan pakaian adat dalam aksinya.


3. Faluaya 

Jika pernah melihat atraksi tari perang Nias, itulah faluaya atau maluaya.

Faluaya adalah slah satu kata yang populer dalam dialek bagian selatan Nias.

Secara morfologis, kata faluaya merupakan variasi dari kata kerja dasarnya yaitu Aluaya

Aluaya adalah kata kerja intransitif yang berarti "Meloncat-loncatlah dengan seruan".

Sedangkan, kata Faluaya adalah kata kerja transitif yang memiliki pengertian "Loncat-loncatkanlah seseorang atau sesuatu hal sambil berseru".

Selanjutnya, apabila dikatakan Maluaya, artinya "melakukan aksi gerakan loncatan sambil berseru"

Mungkin anda bertanya seperti ini:

Lalu, bagaimana yang dimaksud dengan tari faluaya?

Nah, berdasarkan pengertian di atas, maka tari faluaya adalah tari yang dilakukan dengan cara meloncat-loncatkan seseorang atau sesuatu sambil berseru-seru".  Seruannya dapat bersyair hoho atau lainnya.


4. Fangowai Tome 

Dalam adat-istiadat Nias, fangowai tome adalah sesuatu hal yang sangat tinggi nilainya. 

Secara semantis, Fangowai memiliki terjemahan arti dalam bahasa Indonesia yaitu, penyambutan. Sedangkan Tome adalah Tamu. 

Dengan demikian, Fangowai Tome adalah penyambutan tamu. Frasa fangowai tome juga sering diucapkan fangowai dome oleh penutur tradisional Nias dalam percakapan sehari-hari.

Sejalan dengan ini, Nursayani Maru'ao (2014: 9) dalam thesis-nya juga memberikan definisi tentang istilah ini secara sosiolinguistik, bahwa fangowai tome adalah pelaksanaan penyambutan (sapaan penghormatan) secara adat untuk menghormati tamu yang sudah datang dan biasanya selalu dibarengi dengan Fame'e afo

Dalam adat-istiadat Nias, Penyambutan tome merupakan kegiatan memberi sambutan hormat dan selamat datang. Tome tidak dianggap sebagai orang sembarang dalam adat Nias.


5. Fame'e Afo 

Fame'e afo adalah frasa Li Niha (bahasa Nias) yang terdiri dari dua kata benda yang dapat berdiri sendiri atau dipisahkan. Frasa ini juga biasanya diucapkan fame'e nafo oleh penutur tradisionalnya.

Kata Fame'e merupakan kata benda yang berasal dari kata dasar Be'e (terjemahan: berikan) dan diimbuhkan dengan awalan Fa~. Dalam kaidah Li Niha, awalan (prefiks) fa- jika diimbuhkan dengan bebrapa kata khusus yang huruf pertamanya "b", maka huruf tersebut dapat berubah menjadi "m". Kata fame'e berarti pemberian dalam terjemahan bahasa Indonesia. 

Afo adalah kata benda (nomina) yang arti sederhananya adalah sekapur sirih.

Dengan demikian, Fame'e afo dapat diartikan secara literal sebagai pemberian sekapur sirih.

Dalam adat Nias, istilah ini sangat sering digunakan. Seperti dalam penenyambutan tamu, pesta pernikahan dan lainnya. 

Fame'e afo ini dimaksudkan sebagai pelaksanaan kegiatan untuk memberikan penghormataan secara tradisional melalui sekapur sirih. 

Mengapa harus sekapur sirih atau afo

Nah, perlu diketahui bahwa dalam adatnya, afo merupakan salah satu sumange (persembahan) yang bernilai tinggi. 


6. Sobawi 

Istilah Sobawi merupakan istilah kuno dalam bahasa Nias. 

Sobawi berasal dari dua kata yaitu "so" yang berarti "1. ada; 2. Orang yang memiliki (pemilik)" dan "bawi" yang berarti "babi". 

Dengan demikian, Sobawi secara literal memiliki arti yaitu pemilik babi. Namun, istilah tersebut tidak dimaksudkan demikian. 

Penutur bahasa Nias biasanya mengenal istilah tersebut sebagai dewa penguasa.

Dengan kata lain, Sobawi adalah dewa yang dapat memberikan kebahagiaan tetapi juga dapat memberikan kesengsaraan/kesusahan kepada setiap orang yang tidak mematuhi aturan yang digariskan oleh leluhurnya. 


7. Böwö 

Kata Böwö tergolong dalam kelas kata benda dalam Li Niha. Terkadang, kata ini hanya ditulis secara bebas yaitu "Bowo". Namun, penulisan ini tergolong tidak baku. Sebab, kata "Bowo" juga memiliki arti sesungguhnya yaitu bakal bunga.  Jadi, sangat disarankan untuk menulis sesuai dengan kata yang tepat.

Istilah Böwö keseringan diartikan sederhana sebagai mahar atau jujuran yang dibayar, bahkan mirisnya ada juga yang menghiperbolakannya sebagai beban, utang yang wajib dibayarkan kepada seseorang. 

Nah, untuk menyetarakan pemahamannya, sesungguhnya istilah Böwö dalam bahasa Nias berarti "tindak wujud kasih atau perbuatan baik dari seseorang kepada orang lain". 

Istilah böwö ini sering digunakan dalam jenjang pernikahan adat Nias. 


8. Fangosara Dödö Dalifusö 

Istilah fangosara dödö dalifusö adalah pengadaan musyawarah antar kerabat keluarga dalam mencapai suatu mufakat. 

Fangorasa adalah kata benda yang artinya adalah pengumpulan pendapat atau musyawarah. 

Dödö adalah kata benda yang berarti hati dan dalifusö juga berkelas kata benda yang merupakan varian dari kata dasar talifusö; artinya saudara, sanak. 


9. Fama'ötö Nono 

Istilah ini juga sangat populer dalam kalangan masyarakat Nias. Fama'ötö Nono secara harafiah dapat diterjemahkan sebagai "melewatkan anak". 

Akan tetapi, sesuai dengan konsep adat-istiadat Ono Niha, Fama'ötö Nono memiliki makna khusus yaitu upaya atau rencana menikahkan seorang anak kepada orang lain dengan tujuan supaya anak semakin dewasa menjalani hidup dalam keluarga yang baru.


10. Fama'e li 

Secara semantis, fame'e berarti pemberian (tindakan memberikan sesuatu), sedangkan li adalah suara, bunyi atau bahasa. 

Fame'e li biasa saja diartikan sebagai pemberian suara atau bunyi secara bebas.

Namun, sesuai dengan adat Nias, istilah Fame'e Li dimaksudkan sebagai tindak wujud kesepakatan pihak keluarga laki-laki kepada keluarga perempuan untuk menjalin kekerabatan baru melalui pernikahan. Dengan kata lain, acara ini adalah acara pertunangan tradisional Nias.


11. Fame'e Tekhe Mbawa Ndruhö 

Istilah Tekhe Mbawa Ndruhö merujuk pada jenjang yang dilalui untuk dapat menikah dengan orang lain. 

Hal ini berarti sebagai bukti kesepakatan kepada keluarga perempuan dengan membawa sumange berupa cincin emas dan sejumlah uang tunai. 

Acara Tekhe Mbawa Ndruhö juga termasuk dalam kategori fame'e li. Namun, acara ini hanya dihadiri oleh keluarga asli saja dan perantara kedua belah pihak. 


12. Fame'e Mbola si lö Ösi 

Secara harafiah, istilah Fame'e mbola si lö ösi memiliki arti "Pemberian tempat sirih yang tidak berisi".

Akan tetapi, istilah tersebut tidak bermaksud demikian. Fame'e mbola si lö ösi adalah penyampaian bukti persetujuan keluarga pihak laki-laki kepada pihak perempuan. Ini juga merupakan jenjang kegiatan sebelum pernikahan. 

Dalam kegiatan ini, acara akan dilaksanakan dengan biaya yang sedikit lebih mahal daripada Fame'e Tekhe Mbawa Ndruhö. Selain itu, keluarga dari pihak laki-laki dapat mengajak sanak saudaranya yang lain dalam jumlah terbatas untuk menghadiri kegiatan dimaksud. 


13. Fanunu Manu 

Fanunu berarti pembakaran, sedangkan Manu artinya ayam. Secara harafiah, fanunu manu dapat diartikan sebagai pembakaran ayam.

Apakah istilah ini merujuk ke arti seperti dijelaskan di atas? 

Tidak. 

Fanunu manu merupakan istilah yang merujuk pada pertunangan secara adat Nias. 

Dalam kegiatan fanunu manu, acara yang diselenggarakan membutuhkan biaya yang lebih besar daripada Fame'e mbola si lö ösi. Dalam acara ini, keluarga kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) dapat mengundang beberapa masyarakat kampungnya dalam jumlah tertentu selain kerabat terdekat. 

Semua aturan pelaksanaan kegiatannya wajib dalam kesepakatan kedua belah pihak sebelumnya. 


14. Femanga mbawi nisila hulu 

Ini adalah istilah yang merujuk pada jenjang kegiatan sebelum pelaksanaan pernikahan dan yang biasanya biayanya lebih mahal.

Dalam pengertian bebas, Femanga mbawi Nisila Hulu dapat diterjemahkan sebagai "Hal memakan babi yang punggungnya dibelah dua".

Sesuai dengan artinya, pesta ini diadakan dengan sumange utama yaitu seekor babi yang disembelih pada saat itu juga. Sumange tersebut dibelah dua tepat dibagian tulang tengah punggungnya dan dibagikan kepada dua pihak keluarga; laki-laki dan perempuan secara merata.

Ini merupakan bukti kesepakatan kedua belah pihak dalam menjalin hubungan kekeluargaan yang baru melalui pernikahan.

Hadirin pesta / acara ini pun bisa sangat banyak. 

Biasanya, acara ini diselenggarakan di rumah pihak laki-laki dan pihak keluarga perempuan mendatanginya. 


15. Famözi Garamba 

Famözi garamba adalah istilah yang merujuk pada acara penyampaian pesan atau pengumuman kepada banua (masyarakat desa) bahwa acara pernikahan akan segera dilaksanakan dalam waktu yang sangat dekat. 


16. Balugu 

Balugu adalah istilah yang merujuk pada gelar seorang bangsawan Nias. 

Seorang bergelar balugu tidak harus berasal dari kaum bangsawan. Tetapi dapat menjadi seorang bangsawan. Gelar tersebut merupakan tanda penghormatan atas jasa-jasanya.

Dengan kata lain, gelarnya tidak dapat dialihkan secara turun-temurun kepada anak atau generasinya tanpa melalui kesepakatan tertentu yang ditentukan dalam adatnya.


17. Tuhenöri 

Tuhenöri adalah istilah yang merujuk kepada bangsawan yang memiliki pangkat tertinggi dalam suatu öri

Secara bebas, öri dapat diterjemahkan sebagai persatuan beberapa banua (kampung atau desa). Jadi, seseorang yang memimpin setiap satu Öri yang ada di Nias, masing-masing mereka digelari sebagai Tuhenöri

Sederhananya, Tuhenöri merupakan kepala suku seperti yang dikenal dalam istilah sekarang ini. 

Pangkat Tuhenöri dapat diberikan kepada anaknya atau keluarganya secara turun-temurun.


18. Hendri-Hendri 

Istilah Hendri-Hendri sesuai dengan adat istiadat Nias berarti pantun tradisional. 

Ini biasanya dilaksanakan oleh pihak rombongan pengantin perempuan (sowatö) kepada pihak pengantin laki-laki (tome) dalam pesta pernikahan. 

Hendri-Hendri yang bersyair pantun ini umumnya diucapkan secara bergiliran dengan cara yang khas dan merupakan kegiatan yang wajib dilakukan dalam pesta pernikahan secara adat Nias dalam hal pemberian sambutan. 

"Biasanya, pantun sowatö bergaya memuji (hiperbola) dan tahönia (tome) bergaya merendah (litotes)", papar Sozanolo Telaumbanua dalam forum WhatsApp Membahas Bahasa Nias

Dalam konteks ini, Tahönia berarti responden sowatö.

Artinya, dalam penyampaian pantun dari sowatö kepada tome bersifat tebakkan (dahödahö).

Pantun dari sowatö dikias dalam ungkapan bergaya bahasa, demikian sebaliknya dengan tome. Di sini, tome wajib mampu menebak maksud dalam pantun dari sowatö dengan baik.


19. Owasa 

Dalam arti sempitnya, owasa dapat diterjemahkan sebagai pesta atau acara perayaan. Namun demikian, kata owasa dalam arti luas bahasa Nias lebih identik dengan pesta besar-besaran. Hal itu dikenal dengan istilah lengkapnya Owasa Sebua.

Oleh karena itu, pada umumnya suku Nias sungkan untuk mengatakan suata pesta kecil-kecilan sebagai Owasa. Mereka lebih cenderung mengatakan "lala halöŵö". Secara literalnya, lala halöŵö dapat diterjemahkan sebagai "kegiatan/acara".


20. Faöli 

Kata Faöli adalah kata dari dialek bagian selatan Nias. Kata tersebut merupakan kata kerja yang artinya adalah "menikah" yang khusus digunakan kepada laki-laki saja. Sedangkan kata bendanya adalah faölisa (pernikahan). 

Sinonim kata faöli dalam bahasa Nias dialek bagian utara yaitu angowalu. Sedangkan faölisa bersinonim dengan fangowalu atau falöŵa. Akan tetapi, falöŵa lebih merujuk pada acara/pesta pernikahan. 


21. Owatö 

Owatö adalah kata kerja berbasis dielak bagian selatan Nias. Kata owatö berkelas kata kerja yang artinya "menikah (-lah)". Kata ini hanya digunakan kepada perempuan. Sedangkan kepada laki-laki dikatakan faöli. Itulah mengapa di Nias Selatan mereka sering mengatakan Sowatö yang artinya adalah pengantin, mempelai perempuan. 

Meskipun demikian, sekarang ini kata Sowatö digunakan secara keseluruhan dalam istilah adat Nias.


22. Salaŵa hada 

Pada dasarnya, pengertian Salaŵa Hada dalam bahasa Nias yaitu pengetua/petinggi adat. 

Istilah ini merupakan gelar yang dilekatkan kepada seseorang yang mahir tentang adat daerahnya di Nias. 

Selain gelar, istilah ini juga sekaligus sebagai cara menghormati kedudukan orang tersebut dalam kehidupan sosial. 


23. Si'ila 

Istilah Si'ila merujuk pada gelar bangsawan Nias yang memiliki pengetahuan khusus dalam memimpin kehidupan masyarakatnya sesuai dengan ketentuan adat-istiadatnya. 

Istilah ini sangat populer di daerah bagian selatan Nias, seperti Bawömataluo, Siwalawa, Ono Hondrö, Hilinawalo Fau, Bawögosali dan lainnya.


24. Nidou Manu Gana'amö 

Istilah Nidou manu gana'amö merupakan istilah yang sangat populer di kalangan masyarakat Nias. Istilah ini merujuk pada hubungan pertunangan. Artinya, apabila seorang laki-laki yang telah miliki seorang tunangan terbukti selingkuh kepada perempuan lain, semua kewajiban dan perjanjian untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan dapat dibatalkan oleh keluarga perempuan secara sepihak. 

Dalam hal ini, pihak keluarga laki-laki tidak memiliki hak untuk keberatan apalagi meminta kembali kewajiban yang telah diberikan sebelumnya. 

Selain itu, hubungan antara kedua belah pihak dianggap berakhir tanpa adanya pemberitahuan.


25. Tome 

Dalam bahasa Indonesia, tome berarti tamu.

Nah, sesuai dengan adat-istiadat Nias, tome dianggap memiliki kekudukan yang tinggi, yang perlu dihormati. Itulah mengapa dalam adat Nias, tome dianggap sebagai Niha Nifosumange yang artinya adalah orang yang dihormati. 


26. Tome zalua yomo 

Istilah ini sering diucapkan ketika seseorang atau lebih yang datang berkunjung ke rumah orang lain. Tome zalua yomo dapat diterjemahkan sebagai "tamu/orang terhormat yang datang ke rumah". Hal ini menandakan penghargaan kepada seseorang/kelompok dan biasanya diucapkan oleh tuan rumah.

Ini juga masih digunakan dalam komunikasi sehari-hari dan sangat populer dalam kultur sosial Nias.  


27. Fanika Gera'era Mböwö 

Fanika gera'era mböwö adalah salah satu istilah yang merujuk pada penjabaran, penjelasan atau perincian sekaligus sebagai tindakan mendeklarasikan kewajiban dan tanggungjawab seorang pengantin laki-laki kepada pihak keluarga perempuan dalam acara pernikahan adat Nias.

Biasanya, pelaksanaannya menggunakan daun nyiur yang dipotong menjadi bagian yang lebih kecil dan diistilahkan sebagai perihal yang wajib dipahami dan dijunjungtinggi oleh pengantin laki-laki setelah dinyatakan sah menjadi bagian keluarga baru  pengantin perempuan. 


28. Famokai Danga Nina 

Istilah Famokai Danga Nina juga sering dikatakan Fondra'u Danga Nina yang artinya adalah "Permohonan doa restu dari sang Ibu sekaligus sebagai ucapan terima kasih atas ketulusan hatinya telah mengizinkan seorang yang lain menjadi bagian dari keluarganya"

Istilah ini sering digunakan dalam suatu acara dari jenjang pernikahan adat Nias. 

Ini adalah penghormatan yang sangat mulia kepada seorang Ibu dari si perempuan. Tindakan ini juga sekaligus mewakili penghormatan kepada semua pihak keluarga perempuan.

Posting Komentar untuk "Istilah-Istilah Khusus dalam Adat-Istiadat Nias"