Baluse dan Toho, Senjata Andalan Ono Niha Zaman Perang

 

Baluse dan Toho
Ono Niha - Photo Credit: Annuar H.Z. Zebua


Ono Niha adalah istilah populer untuk menunjukkan seseorang beridentitas Nias. Sederhannya, Ono Niha dapat diterjemahkan sebagai Orang Nias atau Masyarakat Nias.

Pada zaman megalitikum, Ono niha dulunya mempertahankan hidup dengan cara berburu di hutan, bertani dan beternak. Kehidupan yang cukup sulit di masa lampau tidak juga melumpuhkan semangat mereka untuk tetap berjuang mempertahankan hidup. 

Untuk berburu, Toho (tombak) dan Belewagari (pedang) merupakan perkakas, sekaligus sebagai senjata tradisional yang sering mereka gunakan. 

Toho terbuat dari kayu yang berukuran panjang sekitar dua meter dengan bahan besi atau tembaga yang dilekatkan di setiap ujungnya. Sedangkan Belewagari terbuat dari besi atau baja yang telah ditempa. 

Di daerah bagian selatan Nias, Belewagari ini biasanya berukuran sekitar satu meter dan digunakan untuk membabat rumput atau untuk memotong ranting kayu di ladang.

Beda halnya dengan Baluse atau yang dikenal dengan istilah perisai. Baluse yang digunakan di Pulau Nias terbuat dari kayu keras yang diukir dan digunakan untuk menghalau serangan senjata dari musuh di saat perang. Sederhananya, alat tersebut digunakan sebagai pelindung diri.

Tradisi menggunakan Toho, Belewagari dan Baluse untuk berburu dan melawan musuh menjadikannya bagian dari budaya Nias yang unik sekarang ini.

Senjata tersebut menjadi populer dan sering digunakan sebagai properti tradisional Nias layaknya dalam pelaksanaan tarian perang tradisional Ono Niha. 


 
Tarian Perang - Photo Credit: Annuar H.Z. Zebua


Dalam tarian perang, Baluse, TohoBelewagari dan properti tradisional lainnya menjadi bagian yang menambah keunikan dan estetika tradisi Nias itu sendiri. 

Dengan kata lain, penggunaan senjata tersebut merupakan cara orang Nias menunjukkan dan mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan perang di masa silam. 

Jasa mereka yang tak dapat dibayar dengan harga apapun, dengan itu masyarakat Nias selalu mengenangnya dari waktu ke waktu.

Terlebih dalam penyambutan Dirgahayu Republik Indonesia di setiap tahunnya, ucapan terima kasih kepada semua pahlawan yang telah gugur di medan perang baik di Pulau Nias maupun di seluruh Indonesia selalu diprioritaskan.

Oleh karena itu, Anda tidak perlu terkejut jika dalam menyambut HUT KEMRI di Pulau Nias sering dikolaborasikan dengan seni tradisional Nias. 

Hal ini bertujuan untuk menambah semangat juang masyarakat Nias serta mengenang jasa para pejuang terdahulu; layaknya hari ini 17 agustus 2020.





Ya'ahowu!

Special thanks to Annuar H.Z. Zebua

Posting Komentar untuk "Baluse dan Toho, Senjata Andalan Ono Niha Zaman Perang"