Kata Ganti Orang dalam Bahasa Nias Dialek Selatan



Bahasa Nias dengan dialek Telukdalam, Nias Selatan, tidak kalah unik dengan bahasa Nias dialek Gunungsitoli. Keunikan inilah yang membuat para peneliti tentunya menganalisis fenomena bahasa Nias dengan lebih cermat. Beda halnya dengan penulis artikel ini yang masih perlu pengembangan lebih baik dalam kaidah analisis yang tepat.

Penulis hanya menggunakan kemampuan berpikir dalam menganalisis Li Niha tersebut dan menuangkannya dalam bentuk bahasa tulis. Meskipun demikian, tidak tertutup kemungkinan kepada penulis untuk mempertanggung jawabkan kebenaran interpretasi terhadap Li Niha ini dalam kaidah ilmiah.

Bahasa Nias atau lebih populer dengan sebutan Li Niha memiliki ragam dialek unik di dalamnnya, yang mana dalam penggunaan bahasanya tidak semuanya sama dalam ragam dialeknya. Khususnya dalam Li Niha dialek Telukdalam ini, penulis menemukan keunikan tersendiri dari hasil interpretasi yang dikaji di dalam bahasanya.

Hal inilah yang menunjukkan keunikan yang majemuk dalam Li Niha. Di dalam Bahasa Nias dialek Telukdalam, KGO sebagai subjek dan objek terbagi dalam  tiga kategori  yaitu: Morfem bebas,  Klitika dan Partikel.

Penulis mengategorikannya dalam Morfem bebas, Klitika dan Partikel, itu dilakukan dengan pertimbangan yang berbasis teori ilmiah dari para ahli bahasa tentunya. Jika pembaca menelusuri di google, jaringan sosial lainnya maupun melakukan pencarian pada buku ilmiah yang dicetak, tentunya pembaca kesulitan menemukan kategori dimaksud karena penelitian tentang klitika dan partikel bahasa Nias belum terungkap hingga pada tahun 2019 ini sepengetahuan penulis. 

Dalam beberapa bahasa di dunia, pemahaman tentang klitika, partikel dan juga afiks terkadang sulit untuk dibedakan dalam analisis bahasa yang mereka gunakan, Itu disebabkan karena kategori bentukan bahasa yang mereka gunakan sangat bervariasi dan minim perbedaan antara klitika dengan afiks contohnya.

Sedangkan dalam bahasa Indonesia, klitika, partikel dan juga afiks mudah dibedakan. Terkadang juga sulit, jika tidak mampu memahaminya. Seperti contoh, beberapa teori menuliskan klitika "lah" yang juga tergolong sebagai partikel  "lah"  dalam bahasa Indonesia yang mana hal ini dapat membuat pembaca kebingungan memahaminya. Tetapi, sesungguhnya tidak jika pembaca sanggup memahaminya.

Selain itu, sebelum penulis lebih jauh memberikan pemahaman tentang KGO dalam kategori klitika dan partikel perlu diketahui bahwa pengategorian KGO dalam bahasa yang penulis lakukan adalah pada bahasa daerah Nias, bukan bahasa Indonesia; meskipun kaidah pembentukan tata bahasa daerah disesuaikan dengan kaidah tata bahasa nasionalnya. Hal itu dapat dilakukan jika memungkinkan dan tidak boleh dipaksakan jika dengan cara itu bahasa daerah tersebut tidak dapat dimengerti dengan peraturan yang demikian. 

Inilah fenomena yang terjadi dalam Li Niha, yang mana bentukan KGO-nya kebanyakan termuat dalam bentukan klitika dan partikel, sedangkan dalam bahasa Indonesia, pada umumnya KGO adalah kata yang tergolong morfem bebas atau dapat berdiri sendiri dengan makna leksikal yang utuh, sedangkan yang klitikanya sangat sedikit, seperti -mu, -nya, ku-/-ku.

Sesuai dengan pembahasan di atas, penulis akan memberikan beberapa definisi teoritis yang mendasari pemahaman penulis dalam pengategorian KGO dalam bahasa Nias khususnya dialek Telukdalam, sebagai berikut:

1. Dalam kategori KGO dalam bahasa Nias Selatan terdapat subjek/objek dengan bentukan leksikan atau berbentuk morfem bebas yang dapat berdiri sendiri. Menurut Verhaar (2004:97, dikutip oleh Yuliawati, 2010:4), Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri sebagai kata. Artinya morfem bebas tidak membutuhkan bentuk lain yang digabung dengannya dan dapat dipisahkan dari bentuk-bentuk ‘bebas’ lainnya di depannya dan di belakangnya dalam tuturan. Dengan penjelasan tersebut, morfem bebas  adalah bentukan tidak terikat dan memiliki arti yang utuh.

Contoh KGO sebagai subjek/ objek bebas (independen)  yang terdapat dalam bahasa Nias Selatan adalah:

* Ya'o/ Ya'oto (saya)

* Ya'ugö (Kamu)

* Ya'ami (kalian)

* Ya'ia (dia)
* Ya'ira (mereka)

* Ya'ita (kita)

* Ya'aga (kami)

Contoh: Ya'aga ji so ga ba ha'a mema'e = Kami yang berada di sini tadi.



2. KGO sebagai subjek dan objek berbentuk klitika, yang mana klitika merupakan bentukan satuan terkecil dalam bahasa yang tergolong bagian morfem terikat yang selalu melekat dengan unsur lain yang menyertainya, tetapi tidak membentuk kata baru atau merubah makna kata yang dilekatinya.


Menurut Marantz (1988: 253), yang dikutip oleh Yuliawati, (2010:3)  mengatakan bahwa klitik adalah unit yang berupa kata untuk sintaksis dan berupa morfem untuk morfologi dan fonologi. Pendapat ini didukung oleh Verhaar (1993, 61-62) semua klitika didekatkan pada kata sebagai ko-konstituennya (konstituen yang menyertainya).  

Berdasarkan pendapat di atas, penulis menyimpulkan bahwa klitika merupakan unit yang berupa kata untuk sintaksis, morfem untuk morfologi dan fonologi di mana didekatkan atau dilengketkan pada kata yang menyertainya.

Di pandang dari sisi aksennya, klitika adalah elemen yang secara aksual melekat atau terikat, seperti dinyatakan oleh Zwicky (1985:287),

"Clitics are accentually dependent, while full word accentually independent. That is, an element which does not bear of its own is probably a clitic, whereas one which can bear the accent in its phrase or sentence is almost surely a word."

Pernyataan di atas dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia: Klitik atau klitika adalah yang tergantung secara aksensual, sementara kata penuh atau utuh adalah yang bebas secara aksensual. Artinya, suatu elemen yang tidak bertahan sendiri mungkin adalah suatu klitik, sedangkan elemen yang dapat menahan aksen dalam frasa atau kalimatnya hampir pasti adalah sebuah kata. 

Dengan pernyataan tersebut tergambarkan bahwa klitik merupakan unsur yang bertekanan suara tergantungkan, sedangkan ketika dilekatkan pada suatu kata yang utuh, maka tekanan suara dalam pelafalannya jelas dan dapat dimengerti maknanya.

Dengan demikian, KGO sebagai subjek dan objek berbentuk klitika dalam bahasa Nias selatan adalah:

* -gu/u- (saya)
* ö-/-u/-mö (kamu)
*-mi (kalian- sbg Objek & Kepemilikan)
* Ta-/-da (kita)
* Ma-/-ma (kami)
* I-/-nia (dia/-nya)
* La-/-ra (mereka)

Contoh: Aine, ta'andrö saohagölö khönia = Mari, kita ucapkan terima kasih kepadanya.


3. Bentukan KGO sebagai subjek dan objek Partikel  dalam bahasa Nias Selatan. Partikel adalah unit yang memiliki arti grammatikal yang penulisannya independen/ tidak dilekati pada kelas kata independen lainnya yang menyertainya.

Menurut Nordquist (2018),
"......, a particle is a word that does not change its form through inflection and does not easily fit into the established system of parts of speech."

Terjemahannya: ..., sebuah partikel adalah kata yang tidak mengubah bentuknya melalui infleksi dan tidak mudah masuk ke dalam sistem bagian-bagian ucapan yang sudah mapan.

Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa partikel adalah kata yang memiliki fungsi grammatikal, namun tidak dimasukkan sebagai gambaran standar kata yang utuh. Maka, dalam bahasa Nias Selatan partikelnya adalah sebagai berikut:

* Gu/Ndraoto/ndrao (saya) ---> Berbeda dengan bentukan Ndra'odo dalam dialek Gunungsitoli.
* Gö/ Ndraugö (kamu) ---> Berbeda dengan bentukan Ndra'ugö dalam dialek Gunungsitoli.
*Gi/ Mi (kalian)
* Da/ Ita (kita)
* Ga/ Ndraga (kami)
* Ira/ Ndra (mereka)
* Ya (dia)

Contoh:
*Haega so ya ? = Di mana dia berada?
*Haega gi so dania? = Di mana kalian nanti berada?

Terkadang, yang membuat aneh bahasa Nias itu bukanlah bagaimana cara mengucapkannya tetapi bagaimana membentuk bahasa tulisnya, sehingga orang lain bahkan penutur sendiri susah menulis dalam bahasa Nias. Oleh karena itu, kriteria penulisan sesungguhnya wajib dilakukan pengkajian yang teliti supaya pembaca bahasa Nias apalagi orang yang ingin mempelajari bahasanya tidak kesulitan.

Menurut penulis, sesungguhnya dalam penulisan KGO dalam bahasa daerah Nias tidak perlu semuanya dilekatkan pada unsur yang menyertainya karena dengan hal itu membuat bahasa susah dipelajari orang lain; terlebih yang bukan penutur aslinya.

Coba pahami frasa bahasa Inggris berikut: "My book". Bila orang mengatakan "My" saja, tentunya pendengar berkata "what do you mean?".

Tetapi mengapa mereka tidak menulis seperti "Mybook" ? Itu adalah sala satu contoh pertimbangan untuk mempermudah pembaca memahami kriteria bentukan bahasa ini.

Contoh lain, jika orang Inggris hanya berkata "your" pendengarnya akan bingung. Dengan kata lain, bahwa kata 'my' dan 'your' dalam bahasa Inggris tentunya tidak juga memiliki arti yang tepat jikalau tidak ada unsur lain yang menyertainya, terutama kata benda.

Banyak KGO dalam bahasa Nias yang hanya memiliki makna gramatikal, beda halnya dengan bahasa Indonesia yang memiliki KGO bermakna leksikal yang dapat digunakan untuk semua jenis kalimat.

KGO-nya adalah saya, kamu, kalian, kita, kami, dia dan mereka. Itulahlah salah satu pandangan dari penulis untuk mendekatkan pemahaman pembaca dengan fenomena  kesalahan bahasa tulis Li Niha. Jika pembaca masih kurang paham dengan penggunaan KGO di atas, penulis akan menjabarkannya dengan rinci pada artikel berikutnya.

Demikianlah bentukan KGO dalam Bahasa Nias Selatan, semoga bermanfaat untuk pembaca dalam memahami Tata Bahasa Nias. Terima kasih,


Referensi:

Nordquist, R. 2018. Particle Definition and Examples in English Grammar. Diakses pada tanggal 04 Maret 2019 melalui https://www.thoughtco.com/particle-grammar-term-1691585

Verhaar, J.1993. Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Yuliawati, S. 2010. KLITIKA DALAM BAHASA INGGRIS: SATU KAJIAN MORFOLOGIS. Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran: Bandung, https://r.search.yahoo.com/_ylt=AwrxgzMFkXxcKV4AkB_3RQx.;_ylu=X3oDMTBycWJpM21vBGNvbG8Dc2czBHBvcwMxBHZ0aWQDBHNlYwNzcg--/RV=2/RE=1551696262/RO=10/RU=http%3a%2f%2fpustaka.unpad.ac.id%2fwp-content%2fuploads%2f2011%2f02%2fklitika_dalam_bahasa_inggris.pdf/RK=2/RS=_yiSUijUtw9UZwvJvpMijFcHu8s-,[pdf], diakses pada tanggal 04 Maret 2019

Posting Komentar untuk "Kata Ganti Orang dalam Bahasa Nias Dialek Selatan"